Kode | Nama Mata Kuliah | Semester | |
PPB500 | Perkembangan dan Bimbingan Peserta Didik | 1 | detail |
ILP 502 | Landasan Psikologis Pendidikan | 3 | detail |
PPB 586 | Strategi Belajar Mengajar | 1 | detail |
PPB 518 | Statistika Pendidikan | 1 | detail |
PPB 517 | Pengantar Bimbingan dan Konseling | 1 | detail |
PPB | Psikologi Perkembangan | 1 | detail |
PPB 513 | Psikologi Sosial Pendidikan | 1 | detail |
PPB 523 | Bimbingan Karier 1 | 3 | detail |
PPB 511 | Teori Belajar | 4 | detail |
PPB 524 | Bimbingan Karier 2 | 5 | detail |
PPB 526 | Bimbingan Budi Pekerti | 1 | detail |
PPB 529 | Pemeriksaan Psikologis II | 4 | detail |
PPB 512 | Teori Kepribadian | 5 | detail |
PPB 518 | Teori Konseling Individual | 5 | detail |
PPB. 514 | Psikologi Konseling | 6 | detail |
PPB. 521 | Praktik Konseling Individual | 6 | detail |
PPB 533 | Orientasi Profesi Bimbingan dan Konseling | 1 | detail |
PPB 534 | Seminar Bimbingan dan Konseling | 8 | detail |
PPB 549 | Bimbingan Karier di SL | 6 | detail |
PPB 550 | Bimbingan Karir Di Luar Sekolah | 6 | detail |
PPB552 | Bimbingan Belajar di SD | 6 | detail |
PPB 554 | Bimbingan Belajar di Luar Sekolah | 6 | detail |
PPB535 | Psikologi Anak | 7 | detail |
PPB537 | Psikologi Orang Dewasa | 7 | detail |
PPB 544 | Konseling Anak | 7 | detail |
PPB 536 | Konseling Remaja | 7 | detail |
PPB 555 | Bimbingan Orientasi Jabatan (BOJ) **** | 6 | detail |
PPB 546 | Konseling Keluarga | 7 | detail |
PPB 541 | Pengembangan dan Evaluasi Program Bimbingan dan Ko | 1 | detail |
PPB 452 | Peng. dan Evaluasi Program BK di LS | 1 | detail |
PPB 542 | Peng. dan Evaluasi Program BK di LS *** | 8 | detail |
PPB 547 | Pengembangan dan Evaluasi Program BK di | 8 | detail |
PPB 547 | Konseling Industir **** | 7 | detail |
PPB 546 | Konseling Keluarga *** | 7 | detail |
PPB 544 | Konseling Anak | 7 | detail |
PPB 537 | Psikologi Orang Dewasa *** | 7 | detail |
PPB 536 | Konseling Remaja | 7 | detail |
PPB 535 | Psikologi Anak * | 1 | detail |
PPB 551 | Bimbingan Karier di Lingkungan Industri **** | 6 | detail |
PPB 550 | Bimbingan Karier di Luar Sekolah *** | 1 | detail |
PPB 549 | Bimbingan Karier di SL ** | 1 | detail |
PPB 548 | Bimbingan Karier di SD * | 1 | detail |
PPB 5598 | Sidang Ujian S1 | 1 | detail |
PPB 599 | Skripsi | 8 | detail |
PPB 557 | Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling | 7 | detail |
PPB 515 | Psikologi Abnormal dan Mental Hygiene | 7 | detail |
PPB 521 | Praktik Konseling Individual | 6 | detail |
PPB 514 | Psikologi Konseling | 6 | detail |
PPB 522 | Praktek Bimbingan & Konseling Kelompok | 1 | detail |
PPB 512 | Teori Kepribadian | 5 | detail |
PPB 520 | Teori Bimbingan & Konseling Kelompok | 4 | detail |
PPB 530 | Manajemen Layanan BK | 1 | detail |
PPB 528 | Pemeriksaan Psikologis 1 | 3 | detail |
PPB 525 | Bimbingan Belajar | 3 | detail |
PPB 527 | Pengembangan Instrumen BK (Non-Tes) | 1 | detail |
PPB 510 | Psikologi Pendidikan | 2 | detail |
PPB 516 | Statistika Pendidikan | 1 | detail |
PPB 508 | Psikologi Umum | 1 | detail |
PPB 588 | Penelitian Pendidikan | 1 | detail |
PPB 585 | Perencanaan Pengajaran | 6 | detail |
PPB 587 | Evaluasi Pendidikan | 5 | det |
Selasa, 03 Februari 2009
silabus mata kuliah psikologi dan konseling
pengertian bk
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Pelayanan bantuan untuk peserta didik baik individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku.
KONSELING
Bantuan penyelesaian masalah oleh konselor kepada konseli (klien) sehingga teratasinya suatu masalah.
TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal.
FUNGSI BIMBINGAN KONSELING
1.Fungsi Pemahaman
2.Fungsi Pencegahan
3.Fungsi Pengentasan
4.Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
5.Fungsi Advokasi
PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan;
(1) non diskriminasi, (2) individu dinamis dan unik (3) tahap & aspek
perkembangan individu, (4) perbedaan individual.
2. Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu;
(1) kondisi mental individu terhadap lingkungan sosialnya,
(2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.
3. Prinsip berkenaan dengan program layanan;
(1) bagian integral pendidikan, (2) fleksibel & adaptif (3) berkelanjutan
(4) penilaian teratur & terarah
4. Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan;
(1) pengembangan individu agar mandiri (2) keputusan sukarela
(3) ditangani oleh profesional & kompeten, (4) kerjasama antar pihak
terkait, (5) pemanfaatan maksimal dari hasil penilaian/pengukuran
ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
· Asas Kerahasiaan
· Asas Kesukarelaan
· Asas Keterbukaan
· Asas Kegiatan
· Asas Kekinian
· Asas Kedinamisan
· Asas Keterpaduan
· Asas Kenormatifan
· Asas Keahlian
· Asas Kemandirian
· Asas Alih Tangan Kasus
· Asas Tutwuri Handayani
marah
Marah?!
Siapapun diantara kita pasti pernah marah. Pemicu marah yang paling umum (universal) adalah adanya perasaan berbahaya. Ancaman yang dimaksud bukan saja berupa ancaman fisik langsung, melainkan seperti yang sering terjadi, yaitu berupa ancaman simbolik yang menyinggung harga diri atau martabat, misalnya diperlakukan tidak adil, dikasari, dicacimaki, diremehkan, atau frustrasi setelah mengejar target penting. Dengan kata lain marah timbul karena batas-batas emosi yang kita miliki telah terganggu atau terancam.
behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam diri individu. Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu. Pandangan ini sebetulnya sudah berlangsung lama sejak jaman Yunani Kuno, ketika psikologi masih dianggap bagian dari kajian filsafat. Namun kelahiran behaviorisme sebagai aliran psikologi formal diawali oleh J.B. Watson pada tahun 1913 yang menganggap psikologi sebagai bagian dari ilmu kealaman yang eksperimental dan obyektif, oleh sebab itu psikologi harus menggunakan metode empiris, seperti : observasi, conditioning, testing, dan verbal reports Teori utama dari Watson yaitu konsep stimulus dan respons (S-R) dalam psikologi. Stimulus adalah segala sesuatu obyek yang bersumber dari lingkungan. Sedangkan respon adalah segala aktivitas sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi. Watson tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku dan perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting. Pemikiran Watson menjadi dasar bagi para penganut behaviorisme berikutnya.
Teori-teori yang dikembangkan oleh kelompok behaviorisme terutama banyak dihasilkan melalui berbagai eksperimen terhadap binatang. Berikut ini disajikan beberapa teori penting yang dihasilkan oleh kelompok behaviorisme:
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
- Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus - Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respons.
- Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
- Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
- Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner
Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
kulipikasi dan komptenesi konselor/ permendiknas 27/ 2008
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.
Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal.
Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat komptensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan dan konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons.